Apa itu lesson study
(6 jp)
Topik 1
Pengertian lesson study
1. Istilah Lesson Study (LS) atau researh lesson (Catherine Lewis, 2002) adalah terjemahan bahasa Inggris untuk kata jugyokenkyu yang berasal dari bahasa Jepang. Menurut istilah, kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyuu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran.
2. Catherine Lewis (2002) states lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflection? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues.
3. Lesson study is a professional development process that Japanese teachers engage in to systematically examine their practice, with the goal of becoming more effective. This examination centers on teachers working collaboratively on a small number of "study lesson". Working on study lessons involve planning, teaching, observing, and critiquing the lesson. To provide focus and direction to this work, the teachers select an overarching goal and related research questions that they want to explore. This research questions then serves to guide their work on all the study lesson (http:www.tc.edu/lesson study/lesson study.html)
4. Slamet Mulyana dalam Sudrajat (2007); Widarso Ekoputro (2008); mendefiniskan bahwa Lesson study adalah salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif, dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegilitas dan dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
5. Suyatno (2008) mendefinisikan lesson study (LS) sebagai berikut. Lesson study(LS) adalah suatu proses kolaboratif sekelompok guru untuk mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan diajarkan), membelajarkan siswa sesuai dengan skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasil evaluasi tersebut kepada guru
6. Lesson Study pada dasarnya adalah salah satu bentuk kegiatan pengembangan profesional guru yang bercirikan guru membuka pelajaran yang dikelolanya untuk guru sejawat lainnya sebagai observer, sehingga memungkinkan guru-guru dapat membagi pengalaman pembelajaran dengan sejawatnya.
7. Lesson Study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar
8. Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran
9. Lesson study merupakan proses pelatihan guru yang bersiklus, diawali dengan seorang guru: 1) merencanakan pelajaran melalui eksplorasi akademik terhadap materi ajar dan alat-alat pelajaran; 2) melakukan pembelajaran berdasarkan rencana dan alat-alat pelajaran yang dibuat, mengundang sejawat untuk mengobservasi; 3) melakukan refleksi terhadap pelajaran tadi melalui tukar pandangan, ulasan, dan diskusi dengan para observer. Oleh karena itu, implementasi program lesson study perlu dimonitor dan dievaluasi sehingga akan diketahui bagaimana keefektifan, keefesienan dan perolehan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
10. bahwa lesson studi adalah suatu model pembinaan profesi pendidik (guru) melalui pengkajian pembelajaran secara kolabotarif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
11. Suyatno (2008) mendefinisikan lesson study (LS) sebagai berikut. Lesson study(LS) adalah suatu proses kolaboratif sekelompok guru untuk mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan diajarkan), membelajarkan siswa sesuai dengan skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasil evaluasi tersebut kepada guru.
. Topik 2
Ciri-ciri Lesson Study
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4. Observasi pembelajaran secara langsung.
Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
5. Membimbing Guru
Lesson study memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran (teaching) dan pemelajaran (learning) di ruang kelas. Lesson study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan, pelaksanaan, observasi/ pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas. Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapat membantu siswa memahami apa yang sedang mereka pelajari.
6. Lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi jantung kegiatan pengembangan profesi guru.
Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas.
7. Lesson study merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru.
Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang pembelajaran (teaching) dan pemelajaran (learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya.
Topik 3
Tujuan Lesson Study
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk :
1. Memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar;
2. Memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study;
3. Meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.
4. Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Topik 4
Manfaat Lesson Study
1. Menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
2. Lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa.
Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002).
3. Study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif.
Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002).
4. Menurut Wang-Iverson dan Yoshida (2005) bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.: 1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), 2).Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya, 3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum, 4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa, 5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa,6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru
Topik 5
Keuntungan Lesson Study
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat:
1. memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa,
2. memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan,
3. mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study),
4. belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa,
5. mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
6. membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan
7. mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Menurut Wang-Iverson dan Yoshida (2005)
8. Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
9. Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pelajarannya
10. Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum
11. Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa
12. Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berfikir dan belajar siswa
13. Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru
Topik 6
Tipe Lesson Study
Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Topik 7
Tahapan pelaksanaan Lesson Study
Lesson study dapat dilakukan oleh sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Topik 8
Sejarah Lesson Study
A. Sejarah Lesson Study di Jepang
Lesson Study sudah berkembang di jepang sejak awal 1990an. Melalui lesson study guru-guru di Jepang mengkaji pembelajaran melalui perencanaan dan observasi secara bersama-sama guna memotivasi siswanya aktif belajar mandiri.
Lesson Study diselenggarakan oleh kelompok-kelompok guru dari beberapa sekolah dasar di suatu distrik. Lesson study yang sangat populer di Jepang adalah Konaikenshu yang berkembang sejak awal 1960-an. Konaikenshu berasal dari dua kata, yaitu konai yang berarti sekolah dan kenshu yang berarti training atau in-service education within the school atau in-service training.
Pada tahun 1970 an pemerintah jepang merasakan manfaat dari Konaikenshu. Dan sejak itu pemerintah Jepang mendorong sekola-sekolah untuk melaksanakan Konaikenshu dengan memfasilitasi biaya dan insentif bagi sekolah yang melaksanakan Konaikenshu. Di samping di dukung oleh biaya dari pemerintah, tetapi kebanyakan sekolah melaksanakan Konaikenshu secara sukarela karena sekolah juga merasakan manfaatnya.
Dengan demikian di Jepang para guru dapat meningkatkan ketrampilan/ kecakapan dalam mengajarnya melalui kegiatan Lesson Study, yakni belajar dari suatu pembelajaran. Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat.
B. Sejarah Lesson Study di Indonesia
Lesson study berkebang di Indonesia melalui IMSTEP (Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta, UNY) dan IKIP Malang (sekarang bernama Universitan Negeri Malang, UNM) bekerja sama denga JICA (Japan International Cooperation Agency). Tujuan umum dari IMSTEP adalah untuk meningkatkan pendidikan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia, sementara tujuan khususnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di tiga IKIP yaitu IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Pada permulaan implementasi IMSTEP, UPI, UNY, dan UM berturut-turut bernama IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang.
Berdasarkan program dan tujuannya, perkembangan lesson study di Indonesia menjadi tiga fase, yaitu fase IMSTEP (1998 – 2003), fase Follow-up (2003 – 2005), dan fase Implementasi (2005 – sekarang).
a. Fase IMSTEP (1998-2003)
Peningkatan mutu pada fase ini difokuskan pada pendidikan pre-dan in-servise di tiga fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIFA) dari IKIP Bandung,, IKIP Yogyakarta, dan IKIP Malang. Beberapa kegiatan dirancang untuk mencapai tujuan tersebut antara lain : melakukan revisi silabus program pre- dan in-service, pengembangan buku ajar bersama 3 universitas, pengembangan kegiatan praktikum, dan pengembangan teaching material. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut, pemerintah Jepang melalui JICA membeikan dukungan berupa gedung beserta fasilitasnya untuk IKIP Bandung sementara fasilitas laboratorium untuk IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang. Selain itu, JICA memberikan dukungan dalam bentuk penyediaan tenaga ahli Jepang dan pelatihan di Jepang bagi dosek UPI, UNY, dan UM. Sepuluh dosen dari UPI, UNY, dan UM mengikuti pelatihan di Jepang setiap tahunnya untuk mengenal sistem pendidikan di Jepang dan belajar mengembangkan digital teaching materials. Tenaga ahli Jepang Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa berturut-turut bertindak sebagai chief adviser dan Project coordinator pada saat itu.
Pada bulan Maret-April 2001, tim JICA dari Jepang melakukan evaluasi tengah proyek (mid-term) untuk mengatahui kemajuan dari IMSTEP. Hasil evaluasi JICA menunjukkan bahwa IMSTEP berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dilanjutkan untuk dua setengah tahun berikutnya dengan penyesuaian program melalui penambahan kegiatan. Kegiatan yang ditambahkan pada IMSTEP adalah keiatan ’Piloting’ . Kegiatan piloting bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran inovatif matematika dan IPA di sekolah secarakolaboratif antara guru-guru SMP/SMA dengan dosen-dosen (F(P)MIPA dan UPI,UNY, dan UM. Tenaga ahli Jepang yang ditugaskan untuk periode 2001-2003 adalah Prof. Dr. Tokuda dan Mr. Nakatsu yang berturut-turut bertindak sebagai chief adviser dan project coordinator melanjutkan tugas Prof. Dr. Kanzawa dan Mr. Higa. Untuk kegiatan piloting ini dipilih 4 sekolah (2 SMP dan 2 SMA) dimasing-masing kota di Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Sekolah yang dipilih adalah sekolah-sekolah yang berdekatan dengan kampus (UPI,UNY, dan UM yang mutunya pada tingkat sedang berdasarkan NEM tetapi sekolah-sekolah tersebut memperlihatkan keinginan dan komitmen untuk maju.
Selanjutnya, sekolah-sekolah tersebut menugaskan guru-guru matermatika, IPA, Fisika dan IPA Biologi untu SMP sementara guru matematika, fisika, biologi dan kimia untuk SMA. Dosen-dosen dan guru-guru sebidang studi melakukan beberapa kali workshop untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru-guru di sekolah dan merancang model pembelajaran sebagai solusi terhadap permasalahn yang ditemukan. Model pembelajarn yang dikembangkan berbasishands-on activity, dalily life, dan local materials. Setelah teaching materialsyang dibut dari bahan lokal tersebut diujicoba di kelas oleh guru sementara dosen menjadi pengamat. Guru beserta dosen telah mampu mengembangkan teaching material yang dibuat dari bahan-bahan disekitar siswa dan melakukan pembelajaran berbasis hands-on activity dan daily life untuk menjelaskan konsep matematikan dan IPA sehingga siswa-siswa menjadi senagn belajar matematika dan IPA. Guru-guru yang terlibat piloting menjadi termotivasi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran dan merasa dekat dengan dengan dosen untuk memperoleh informasi ketika menghadapi kesulitan dlam melakukan inovasi pembelajaran.
Sayangnya guru yang terlibat kegiatan piloting sangat terbatas pada satu guru perbidang studi per sekolah sehingga diseminasi pengalaman berharga dalm mengembangkan inovasi pembelajaran kurang berjalan baik walaupun dalam satu sekolajh, apalagi kapala sekola tidak terlibat langsung dalam kegiatan piloting. Baya untuk kegiatan piloting berasal dari dana pendampingan yang dikelola pihak universitas. Dosen dan guru memeroleh dana transportasi walaupun jumlahnya sangat kecil. Pada bulan Juli 2003 , tim dari JICA (Jepang) melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek dan berkunjung ke sekolah menyaksikan kegiatan piloting berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials sangat potensial untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah . Selanjutnya tim JICA merekomendasikan untuk melanjutkan Follow-up Program IMSTEP selama 2 tahun
2. Fase follow-up IMSTEP (2003-2005)
FPMIPA UPI, FMIPA UNY, dan FMIPA UM mengimplementasikan program follow-up IMSTEP sejak bulan Oktober 2003 sampai dengan September 2005 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu in-service teacher training (pelatihan guru dalam jabatan) dan mutu pendidikan calon guru (preservice teacher training) dalam bidang matematika dan IPA di UPI, UNY, dan UM. Dr. Eisuke SAITO dan Isamu KUBOKI berturut-turut sebagai chief advisor dan coordinator membantu mengarahkan ketiga universitas mengimplementasikan follow-up IMSTEP. Melalui Program Follow-up IMSTEP diharapkan dihasilkan model in-service teacher training dan model pre-service training (pendidikan calon guru) dalam bidang IPA.
Peningkatan mutu pendidikan MIPA akan tercapai manakala teradi kerjasama yang baik antara LPTK (Lebaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) penyelenggara pendidikan pre-service, sekolah piloting, dan MGMP penyelenggara program inservice. LPTK dapat menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapt masukan dari pengalaman nyata di sekolah dan LPTK memberikan masukan ke sekolah piloting untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi aktif belajar. MGMP merupakan forumuntuk mendiseminasikan hasil inovasi pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan keprofesionalan guru.
Kegiatan piloting yang telah dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase Follow-up Program IMSTEP melalui kegiatan Lesson Study. Pengiriman pelatihan singkat ke Jepang bagi dosen-dosen UPI, UNY, dan UM pada fase Follow-up Program IMSTEP difokuskan pada tema Lesson Study dan diharapkan mereka dapat mengembangkan Lesson Study di Indonesia setelah selesai pelatihan di Jepang. Peserta pelatihan yang memberikan kontribusi terhadap pengembangan Lesson Study di Indonesia antara lain Riandi (UPI), Rahayu (UM), Sumar Hendayana (UPI), Harun Imansyah (UPI), Sukirman (UNY) Muchtar A. Karim (UM), Siti Sriyati (UPI), Suratsih (UNY), dan Ridwan (UM). Kerjasama antara 3 universitas (UPI,UNY,dan U) dan sekolah-sekolah piloting di Bandung, Yogyakarta dan Malang makin diperat melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting pembelajran di sekolah mitra.
Tahp observasi dan refleksi dari kegiatan Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak terganggu dengan adanya observer di dalam kelaskarena observernya tidang mengganggu siswa belajar tetapi lebih konsentrasi pda observasi aktivitas siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi setelah pembelajaran. Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya. Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi pembelajaran, sekarang observer lebih suka mengambil posisi di samping kiri dan kanan ruang kelas untuk melakukan observasi pembelajaran.
Ketika fase IMSTEP, tahap refleksi kurang mendapat penekanan, kadang-kadang tahap ini dilakukan pada hari lain sehingga sebagianinformasi pengamatan kelas terlupakan oleh observer. Ketika fase Follow-up, tahap refleksi dilakukan langsung setelah pembelajaran untuk mendikusikan hasi pembelajaran dan bertukan pengalaman tentang lesson learnt ang diperoleh para observer. Selain itu, dilakukan diseminasi pengalaman berharga dari kegiatn piloting kepada MGMP melalui workshop dan uji coba pembelajaran berasi hands-on activity, daily life, dan local material dalam rangka kegiatan Lesson Study di MGMP Matematika dan IPA SMP di Bandung, Yogyakarta dan Malang. Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari guru-guru terutama guru-guru model, Guru model merasakan manfaat dari kegiatan Lesson Study, mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional.
Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan LS maka dilakukan pendekatan oleh pimpinan fakultas di 3 universitas. Dalam kasus di Bandung, pimpinan FPMIPA UPI besilaturrahmi dengan kepala-kepala sekolah piloting yang kebetulan baru terjadi pergantian kepala sekolah untuk berdiskusi tentang keberlanjutan dari kegiatan kerjasma antara sekolah dan FPMIPA UPI. Diskusi terfokus pada resource sharing artinya piminan FPMIPA UPI menyediakan nara sumber termasuk kebutuhannya untuk berkolaborasi. Selain itu, pimpinan FPMIPA UPI meminta kepala sekolat terlibat dan melibatkan guru-guru lain dalam observasi dan refleksi pembelajaran. Ajakan pimpinan FPMIPA UPI disambut baik untuk keberlanjutan kerjasama dalam melaksanakan kegiatan LS disekolah sekolah piloting.
Sebagai wujud keberlanjutan program kerjasama tersebut, kepala sekolah memfasilitasi kegiatan LS dengan memberdayakan MGMP di sekolah tersebut dan melaksanakan kegiatan LS secara bergilir dari mata pelajaran ke mata pelajaranlain. Kepala sekolah juga terlibat dalam kegiatan observasi pembelajaran m\dan memandu diskusi untuk merefleksi pembelajaran. Sekaran kegiatan LS bukan milik guru MIPA saja tetapu guru non MIPA pun melakukan kegiatn LS. Sebagai contoh, SMAN 9 Bandung telah melaksnakan kegiatan LS biologi, PPKn, Sosiologi, dan Bahasa Indonesia pada semester genap 2005/2006. Pembicaraan tentang kevelanjtan program kerjasama dalam kegiatan LS juga dilakukan dengan pengurus MGMP matematika dan IPA SMP kota Bandung. Sebagai tindak lanjut, beberapa workshop tentang LS telah dilaksanakan untu MGMP wilayah tenggara, wilayah timur, dan wilayah barat kota Bandung. MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung telah menindaklanjuti workshop LS tersebut dengan persiapan perencanaan dan pengembangan model pembelajaran berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials.
Selanjutnya MGMP IPASMP di wilayah barat kota Bandung pada semester genap 2005/2006 telah mengimplementasikan model pembelajaran tersebut di SMP Miftahul Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI, SMPN 29 bandung, dan SM YWKA. LS berasal dari Jepang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Keberhasilan Jepang dalam pendidkan membuat pakar pendidikan di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa serta Australia belajar LS dari Jepang. Kalau negara-negara maju belajar dari Jepang, mengapa kita tidak: Walau demikian, LS yang berkembang di Indonesia tidak begitu saja mengadopsi konsep LS dari Jepang, akan tetapi melalui pengkajian dan uji coba di sekolah-sekolah piloting sejak tahun 2001 melalui program kerjasama Teknis IMSTEP-JICA di UPI, UNY, dan UM. Untuk memperoleh model sosialisasi LS di tiga kabupaten Sumedang, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Pasuruan. Piloting ini melibatkan seluruh guru Matematika, dan IPA SMP dan MTs.
3. Fase Implementasi (2005 – sekarang)
Lesson Study mulai di implementasikan di sekolah atau di kelas melalui MGMP tahun 2005. Sebagai contoh, MGMP IPA SMP wilayah barat kota Bandung pada semester genap 2005/2006 telah mengimpemnatsikan model pembelajaran di SMP Miftahul Iman, SMPN 12 Bandung, SMP Labschool UPI, SMP 29 Bnfung dan SMP YWKA.
Tahun 2007 sudah dilakukan implemetasi Lesson Study dengan Piloting di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sumedang (Jawa Barat), Kabuaten Bantul (Yogyakarta), dan kabupaten Pasuruan (Jawa Timur) yang melibatkan seluruh guru matemaatika dan IPA SMP dan MTs.
Tahun 2008/2009 Tim JICA bekerjasama dengan PELITA (Peningkatan Kualitas SMP/MTs) sudah melakukan program secara Nasional berupa membuka jejaringkerja dengan Diknas (PMPTK) dan Departemen Agama (Direktorat Madrasahdan Pusdiklat). Dampak dari kerjasama adalah telah ditrainig beberapa MIPA guru SMP dan MTs tentang konsep dan implementasi Lesson Study di sekolah.
Untuk menopang program Lesson Study secara Nasional, JICA telah melakaukan berbagai terobosan, antara lain:
a. Mengadakan perjanjian kerjasama (Muo) dengan Depdiknas dan Depag
b. men-TOT-kan 280 Trainer Nasional di seluruh Indonesia yang berasal dari LPMP, P4TK, Pusdiklat Departemen Agama, dan Balai Diklat Keagamaan seluruh Indonesia
c. Mengirim beberapa guru dan Widyaiswara ke Jepang dalam rangka memahami sisem pembelajaran dan menggali aspek-aspek pendukung pelaksanan Lesson Study di Jepang.
d. Mengadakan seminar, Workshop dan orientasi di setiap propinsi yang pesertanya berasal dari pemangku kepentingan pendidikan dan guru.
Topik 9
Lesson Study Bukanlah
Sebuah Metode Mengajar
Tugas 1-1: Kita menggunakan beragam metode mengajar di kelas.
a. Metode mengajar apa saja yang anda ketahui?
b. Sebutkanlah metode mengajar yang anda ketahui dan jelaskanlah.
Tugas 1-2: “Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan” (disebut “PAKEM” dalam Bahasa Indonesia) dikenal luas oleh guru-guru di Indonesia.
a. Apakah yang dimaksud dengan PAKEM? Tolong jelaskanlah.
BACAAN: Metodologi Pendidikan
Secara umum, pendidikan dilakukan dengan tujuan tertentu, misalnya, untuk mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berusaha menanggulangi berbagai masalah dan kegiatan yang diberikan selama di kelas. Kemudian, untuk mencapai tujuan ini, metodologi pendidikan yang paling efektif dan memadai akan dikembangkan dan dipraktekkan.
Konsep Metodologi Pendidikan
Mengamati metodologi pendidikan secara rinci, ia memiliki struktur berlapis, yang terdiri dari gaya pengajaran, isi pengajaran, dan metode pengajaran. Gaya pengajaran berarti kondisi fisik belajar dan mengajar, seperti jumlah siswa di kelas, dan jadwal belajar harian. Isi pengajaran berarti isi yang akan diajarkan oleh guru dan untuk dipelajari oleh siswa. Kurikulum dan buku pelajaran contoh yang baik yang termasuk isi pengajaran. Metode artinya bagaimana cara untuk mengajarkan isi pengajaran yang merupakan bahasan teknis.
Struktur Berlapis dari Metode Kependidikan
Sesuai dengan ide di atas, metode Jigsaw dapat dianggap sebagai metode pengajaran, dan PAKEM sebagai metodologi pendidikan. Dengan kata lain, PAKEM mencakup gaya pengajaran, isi pengajaran dan metode pengajaran, dan metode Jigsaw dapat digunakan dalam PAKEM sebagai metode efektif.
Namun, Lesson Study bukanlah suatu metode atau suatu metodologi pendidikan. Lesson Study adalah kajian pembelajaran, yaitu kegiatan riset untuk menilai metode pendidikan yang digunakan selama di kelas dan berbagi hasil observasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tetapi apa artinya secara spesifik? Sekarang kita menemukan jawaban untuk pertanyaan ini melalui pemahaman terhadap berbagai karakteristik Lesson Study.
Topik 10:
Siklus Lesson Study
Tiga langkah Lesson Study
Tugas 2-1:
Perhatikanlah Video 3 (Matematika: Berapa Banyak Kursi?, Kelas 4 SD) dan jelaskanlah pokok dalam adegan tersebut.
Adegan Pertama : Apakah yang mereka diskusikan?
Adegan Kedua : Apakah permasalahan dalam pembelajaran ini?
Adegan Ketiga : Apakah ada seseorang yang menemukan mengapa para siswa tidak memahami konsep pembelajaran tersebut? Apakah alasan-alasannya?
Adegan Keempat : Perubahan apa yang dilaksanakan di kelas revisi? Dampak apa yang diberikan oleh perubahan tersebut pada pembelajaran siswa?
Topik 11:
Dua Tipe Lesson Study Di Indonesia
Tugas 11-1:
Terdapat dua tipe Lesson Study yang dilaksanakan di Indonesia.
Tipe 1 ; Lesson Study Berbasis MGMP
Tipe 2 : Lesson Study Berbasis Sekolah.
Gambarkanlah dua tipe kegiatan Lesson Study tersebut
Topik 12:
Peran Guru Buka Kelas, Moderator, Pengawas,
Dan Kepala Sekolah Pada Lesson Study
Tugas 12-1:
Untuk melaksanakan Lesson Study, banyak orang yang terlibat, misalnya sebagai guru
buka kelas, moderator, pengawas, kepala sekolah, dll. Masing-masing dari mereka memiliki peran tersendiri.
a. Apakah peran mereka?
b. Tuliskanlah peran mereka dalam Lesson Study.
Seorang Guru Buka Kelas
Moderator
Pengawas
Kepala Sekolah
0 komentar:
Posting Komentar